Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

feature content slider

Template Information

Contact online

Ayo... bagi temen-temen Alumni AKL KUTAMAYA Bandung kita berbagi ilmu, cerita, pengalaman, informasi tentang apa saja yang sekarang digelutui temen-temen....!!! Caranya gampang yaitu dengan berabung di Millis Kutamaya, cukup tulis alamat email temen-temen. Kami nantikan usul-usul dari yang lain. untuk itu kirim data lengkapnya ke saya dengan email: arda.dinata@gmail.com atau untuk temen2 yang lain yang mau kirim kabar atau usul apapun, agar bisa serempak terkirim ke semua email anggota millis, maka caranya kirimkan emailnya ke alamat email di bawah ini: kutamaya@yahoogroups.com Dan bagi temen-temen yang ingin tulisannya dimuat di BLOG IKA KUTAMAYA kirim aja tulisan atau kabarnya ke email: suaraarda.alumni@blogger.com salam buat temen2 alumni yang lain, jangan lupa kirim foto juga ya....!!!!! Saya Tunggu ya..... kabar selanjutnya. OK!!!! Salam Sukses dari Arda Dinata

Test Footer

Your Ad Here
Your Ad Here

11 Oktober 2008

Waspadai Pengaruh Toksisitas Logam pada Ikan

Oleh ARDA DINATA
Email:
arda.dinata@gmail.com

PENCEMARAN akibat logam berat, akhir-akhir ini sedang 'menggema' ke permukaan. Setelah kasus Teluk Minahasa, Sulawesi Utara, di daerah aliran sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat juga mengalami pencemaran. Air dan ikan di Waduk Cirata dan Saguling diindikasikan mengandung logam berat.

Menurut Eman Surachman, Kepala Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) PT Pembangkitan Jawa-Bali, pencemaran tersebut diduga berasal dari limbah pabrik industri tekstil di Majalaya dan Bandung. Lebih jauh diungkapkan Eman, berdasarkan penelitian BPWC, ikan yang terdapat di Waduk Cirata telah terkontaminasi oleh unsur logam berat seperti timbal (Pb), seng (Zn), kronium (Cr), dan air raksa/merkuri (Hg).

Menghadapi kenyataan seperti itu, kita jadi khawatir terhadap kondisi ikan yang (mungkin) biasa disantap sehari-hari. Apakah kondisi ikan-ikan yang biasa disantap itu telah terbebas dari toksisitas (racun) logam? Lantas, sebenarnya faktor-faktor apa saja yang memengaruhi daya toksisitas logam itu?

Pengaruh pada ikan

Ikan merupakan organisme air yang dapat bergerak dengan cepat. Ikan pada umumnya mempunyai kemampuan menghindarkan diri dari pengaruh pencemaran air. Namun demikian, pada ikan yang hidup dalam habitat yang terbatas (seperti sungai, danau, dan teluk), ikan itu sulit melarikan diri dari pengaruh pencemaran tersebut. Akibatnya, unsur-unsur pencemaran itu (baca: logam berat) masuk ke dalam tubuh ikan.

Terkait dengan itu, secara umum menurut Darmono (2001), alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernafasan, pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal).

Berikut ini, ada beberapa pengaruh toksisitas logam pada ikan. Pertama, pengaruh toksisitas logam pada insang. Insang selain sebagai alat pernapasan ikan, juga digunakan sebagai alat pengatur tekanan antara air dan dalam tubuh ikan (osmoregulasi). Oleh sebab itu, insang merupakan organ yang penting pada ikan, di samping insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam. Dalam hal ini, logam-logam seperti Cd, Pb, Hg, Cu, Zn, dan Ni, sangat reaktif terhadap ligan sulfur dan nitrogen, sehingga ikatan logam tersebut sangat penting bagi fungsi normal metaloenzim dan juga metabolisme terhadap sel.

Di sini, enzim yang sangat berperan dalam insang ikan ialah enzim karbonik anhidrase dan transpor TP ase. Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengandung Zn dan berfungsi menghidrolisis CO2 menjadi asam karbonat. Apabila ikatan Zn itu diganti dengan logam lain, fungsi enzim karbonik anhidrase tersebut akan menurun.

Di samping adanya gangguan biokimiawi tersebut, perubahan struktur morfologi insang juga terjadi. Hal ini dilaporkan Hughes, dkk. (1979), pengaruh toksisitas Cd, Ni, dan Cr pada morfologi insang ikan salmon. Ikan akan mengalami hipoksia (karena kesulitan mengambil oksigen dari air), sehingga terjadi penebalan pada sel epitel insang dan berakibat ikan kurang mampu berenang.

Kedua, pengaruh toksisitas logam pada alat pencernaan. Toksisitas logam dalam saluran pencernaan terjadi melalui pakan yang terkontaminasi logam. Toksisitas logam pada saluran pencernaan juga dapat terjadi melalui air yang mengandung dosis toksik logam. Gardner dan Yevich (1970) melaporkan, ikan Fundulus heteroclitus yang dipelihara dalam air yang mengandung 50 mg/l Cd, perubahan patologi terjadi setelah satu jam. Dan dalam waktu satu jam setelah ikan hidup dalam air yang mengandung 50 mg/l Cd dengan kadar garam 32/1.000, mukosa usus membengkak, aktivitas sel mukosa meningkat terutama usus bagian depan.

Ketiga, pengaruh logam pada ginjal ikan. Ginjal ikan ini berfungsi untuk filtrasi dan mengekskresikan bahan yang biasanya tidak dibutuhkan tubuh, termasuk bahan racun seperti logam berat. Hal ini menyebabkan ginjal sering mengalami kerusakan akibat daya toksik logam. Sebagai contoh, ikan Brachiario rerio, yang hidup dalam air tawar yang mengandung 5 mg/l Cd dan 5 mg/l Hg, mengalami kerusakan ginjal setelah 13 hari. Terlihat adanya endapan dalam lumen tubulus, dan kerusakan lebih berat pada toksisitas Hg daripada Cd sampai delapan kali lipat (Delamare dan Truchet, 1984).

Keempat, pengaruh akumulasi logam dalam jaringan (bioakumulasi). Proses akumulasi ini terjadi setelah absorpsi logam dari air atau melalui pakan yang terkontaminasi. Kondisi ini berpengaruh terhadap nilai ekonomi, terutama dalam sistem perikanan komersial, baik ikan air tawar maupun air laut.

Lebih jauh, ikan yang mengalami bioakumulasi logam ini bila dipandang dari segi ekonomi dan pengaruhnya bila dikonsumsi manusia, adalah dapat menghambat daya reproduksi ikan dan akhirnya terjadi kemusnahan suatu spesies ikan tertentu; dapat menurunkan hasil tangkapan atau hasil tambak; dan dapat menurunkan nilai jual, bahkan dapat ditolak konsumen karena tingginya residu logam dalam produk perikanan. Hal ini seperti yang terjadi belum lama ini, berupa penolakan ekspor ratusan ton ikan cakalang asal Sulawesi Utara oleh Amerika Serikat, dengan alasan telah terkena pencemaran.

Faktor daya toksisitas logam

Berdasarkan paparan di atas, tentu sangat wajar bila fenomena menurunnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas ikan yang terjadi di beberapa daerah perairan Indonesia selama ini, adalah akibat kondisi perairannya telah mengalami penurunan kualitas setelah tercemar logam berat.

Berkait dengan itu, menurut Darmono, ada beberapa faktor yang memengaruhi daya toksisitas logam dalam air terhadap makhluk yang hidup di dalamnya, di antaranya adalah: (1) Bentuk ikatan kimia dari logam yang terlarut. (2) Pengaruh interaksi antara logam dan jenis toksikan lainnya. (3) Pengaruh lingkungan seperti suhu, kadar garam, pH dan kadar oksigen yang terlarut dalam air. (4) Kondisi hewan, fase siklus hidup (telur, larva, dewasa), besarnya ukuran organisme, jenis kelamin, dan kecukupan kebutuhan nutrisi. (5) Kemampuan hewan menghindar dari pengaruh polusi atau pencemaran. (6) Kemampuan organisme untuk beraklimatisasi terhadap bahan toksik logam.

Akhirnya, jelas sudah semua spesies kehidupan dalam air itu sangat terpengaruh hadirnya logam logam yang terlarut dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi batas normal. Untuk itu, waspadailah adanya pengaruh toksisitas logam pada ikan-ikan yang ada di lingkungan kita!***

Arda Dinata, A.M.K.L.,
Pemerhati masalah lingkungan dan tergabung di Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI).


Tulisan ini dimuat di HU Pikiran Rakyat, Bandung edisi: 12 Agustus 2004.

0 komentar: